skip to main |
skip to sidebar
Jangan Melakukan Zina Mata
Mata
yang merupakan anugerah Allah Azza Wa Jalla, bisa mendatangkan
kemuliaan, tetapi juga bisa mendatangkan laknat yang membinasakan. Mata
yang selalu melihat fenomena kehidupan alam dan seisinya, dan kemudian
menimbulkan rasa syukur kepada sang Pencipta, selanjutnya akan
mendatangkan kemuliaan dan kebahagiaan di sisi-Nya. Sebaliknya, mata
yang merupakan anugerah yang paling berharga itu, bisa mendatangkan
laknat yang membinasakan bagi manusia, bila ia menggunakan matanya untuk
berbuat khianat terhadap Rabbnya.
Di dalam Islam ada jenis
maksiat yang disebut dengan ‘zina mata’ (lahadhat). Lahadhat itu,
pandangan kepada hal-hal, yang menuju kemaksiatan. Lahadhat bukan hanya
sekadar memandang, tetapi diikuti dengan pandangan selanjutnya.
Pandangan mata adalah sumber itijah (orientasi) kemuliaan, juga
sekaligus duta nafsu syahwat. Seseorang yang menjaga pandangan berarti
ia menjaga kemaluan. Barangsiapa yang mengumbar pandangannya, maka
manusia itu akan masuk kepada hal-hal yang membinasakannya.
Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam, pernah menasihati Ali :
“Jangan kamu ikuti pandangan pertamamu dengan pandangan kedua dan
selanjutnya. Milik kamu adalah pandangan yang pertama, tapi yang kedua
bukan”.
Dalam musnad Ahmad, disebutkan, Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam, bersabda :
“Pandangan adalah panah beracun dari panah-pandah Iblis. Barangsiapa
yang menundukkan pandangannya dari keelokkan wanita yang cantik karena
Allah, maka Allah akan mewariskan dalam hatinya manisnya iman sampai
hari kiamat”.
Sarah hadist itu, tak lain, seperti di jelaskan oleh Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam:
“Tundukkan pandangan kalian dan jagalah kemaluan kalian”. Juga Sabda
Beliau : “Jauhilah oleh kalian duduk di pinggir jalan”. Para Shahabat
berkata : “Pinggir jalan itu adalah tempat duduk kami, kami tidak bisa
meninggalkan”. Beliau bersabda : “Jika kalian harus duduk di jalan, maka
berikanlah haknya”. Mereka berkata : “Menundukkan pandangan, dan
menahan diri untuk tak menganggu, baik dengan perkataan atau perbuatan,
dan menjawab salam”.
Melihat adalah sumber dari segala bencana
yang menimpa diri manusia. Melihat melahirkan lamunan atau khayalan,
dan khayalan melahirkan pemikiran, pikiran melahirkan syahwat, dan
syahwat melahirkan kemauan, kemauan itu lantas menguat, kemudian menjadi
tekat kuat dan terjadi apa yang selagi tidak ada yang menghalanginya.
Dalam hal ini ada hikmah yang mengatakan :
“Menahan pandangan lebih ringan dari pada bersabar atas kesakitan (siksa) setelah itu”.
Seorang penyair Arab bertutur,
"Semua bencana itu bersumber dari pandangan,
Seperti api besar itu bersumber dari percikan bunga api,
Betapa banyak pandangan yang menancap dalam hati seseorang,
Seperti panah yang terlepas dari busurnya,
Berasal dari sumber matalah semua marabahaya,
Mudah beban melakukannya, dilihat pun tak berbahaya,
Tapi, jangan ucapkan selamat datang kepada kesenangan sesaat yang kembali dengan membawa bencana".
Bahaya memandang yang haram adalah timbulnya penderitaan dalam diri
seseorang. Karena tak mampu menahan gejolak jiwanya yang diterpa nafsu.
Akibat selanjutnya adalah seorang hamba akan melihat sesuatu yang tidak
akan tahan dilihatnya. Ini adalah sesuatu yang menyiksa, yang paling
pedih, jangankan melihat semuanya, melihat sebagian saja tak akan mampu
menahan gejolak jiwanya.
Seorang penyair berkata,
"Kapan saja engkau melemparkan pandanganmu dari hatimu,
Suatu hari engkau akan merasakan penderitaan, karena melihat akibat-akibatnya,
Kamu akan melihat siksa yang kamu tidak mampu melihat keseluruhannya,
Dan kamu tiak akan bersabar melihat sebagiannya saja".
Penyair lainnya berkata,
"Wahai manusia yang melihat yang haram, tidakkah pandangannya dilepaskan,
Sehingga ia jatuh mati menjadi korban".
Pandangan seseorang adalah panah yang berbisa. Namun, yang sangat
mengherankan, belum sampai panah itu mengenai apa yang ia lihat, panah
itu telah mengenai hati orang yang melihat.
Seorang penyair berkata,
"Wahai orang yang melemparkan panah pandangan dengan serius, kamu sudah
terbunuh, karena yang kau panah, padahal panahmu tidak mengenai
sasarannya".
Tentu, yang lebih mengherankan lagi, bahwa dengan
sekali pandangan, hati akan terluka dan akan menimbulkan luka demi luka
lagi dalam hati. Sakit itu tidak akan hilang selamanya, dan ada
keinginan mengulang kembali pandangannya. Ini pesan yang disampaikan
dalam bait-bait syair ini,
"Terus menerus kamu melihat dan melihat,
Setiap yang cantik-cantik,
Kamu mengira bahwa itu adalah obat bagi lukamu,
Padahal sebenarnya itu melukai luka yang sudah ada".
Sebuah hikmah yang mengatakan, “Sesungguhnya menahan
pandangan-pandangan kepada yang haram lebih ringan daripada menahan
penderitaan yang akan ditimbulkan terus menerus”.
Jagalah
matamu, dan jangan engkau kotori setitik debu dosa, yang akan
mengantarkan dirimu kepada kebinasaan, karena pengkhianatan kepada Allah
Azza Wa Jalla. Matamu adalah anugerah agar mengenal-Nya, dan kemudian
beribadah kepada-Nya, menggapai ridho-Nya. Jangan dengan matamu itu,
engkau campakkan dirimu ke dalam nafsu durhaka, yang membinasakan.
Betapa banyak manusia yang mulia, berakhir dengan nestapa dan hina,
karena tidak dapat mengedalikan matanya. Matanya tidak dapat lagi
menyebabkan seseorang menjadi bersyukur atas anugerah nikmat, yang tak
terbatas, yang tak terhingga, bagaikan sinar matahari, yang selalu
menerangi alam kehidupannya.
Tetapi, karena matanya yang sudah
penuh dengan hamparan nafsu itu, hidup menjadi penuh dengan gulita,yang
mengarahkan seluruh kehidupannya hanya diisi dengan segala pengkhianatan
terhadap Rabbnya. Wallahu’alam.
(Eramuslim)
No comments:
Post a Comment