Latest Post

Saturday, April 27, 2013

SUAMI YANG BAIK BANYAK NGALAHNYA

Al-Hafiz Ibnu Hajar rahimahullah berkata :
Mu'aawiyah (radhiallahu 'anhu) berkata : "Mereka para wanita mengalahkan para suami yang mulia, dan mereka dikuasai oleh para suami yang buruk" (Fathul Baari 9/265)
Sungguh wanita adalah makhluk yang lembut dan sangat butuh dengan kelembutan. Hatinya bisa tertawan dengan kelembutan….bukan dengan kekerasan seorang suami.
Seorang wanita yang bertekuk lutut dihadapan seorang suami karena kerasnya sang suami bukan berarti menunjukan sang suami hebat dan berakhlak mulia…. Karena kalau menundukan dengan kekerasan maka orang jalanan, preman, dan petinjupun mampu melakukannya.
Akan tetapi suami yang bisa menawan hati istrinya dengan kelembutan meskipun sering mengalah dan bersabar dengan sikap-sikap istrinya, itulah suami yang hebat dan mulia…

Wallahu A'lam..

Taken from : Ust. Firanda

Saturday, April 13, 2013

Pesebak-bola Dunia yang Mempertahankan Keyakinan Muslimnya di Lapangan

Menjadi minoritas bukanlah sesuatu yang mudah, apalagi jika itu terkait keyakinan. Dibutuhkan ketahanan mental, keyakinan yang kuat serta kemampuan beradaptasi yang ekstra untuk tetap eksis sebagai minoritas. Itulah kira-kira tantangan yang dihadapi oleh para pemain bola Muslim di kancah persepakbolaan Eropa. Dalam beberapa momentum, misalnya yang paling mencolok saat Ramadhan, mereka dituntut untuk tetap menjadi Muslim sejati sekaligus professional di lapangan. Bayangkan, mereka harus berpuasa sambil bertanding bola.
Samir Nasri
10 Kisah Unik dan Menarik Pemain Sepakbola Dunia
Terbiasa untuk membaca surat Al-Fatihah sebelum pertandingan. Hal ini dilakukannya baik di tingkat klub bersama Arsenal atau ketika berada di timnas Prancis. Namun, untuk puasa Ramadhan, Nasri tidak berani melakukannya. Mengingat jadwal Premier League yang padat plus puasa yang jatuh pada musim panas..
Mesut Ozil
10 Kisah Unik dan Menarik Pemain Sepakbola Dunia
Warga negara Jerman yang beragama Islam. Walaupun dibulan Ramadhan ia tak meninggalkan kebiasaanya berdoa dan membaca Al Qur’an. Sesibuk apapun ia selalu berusaha untuk membaca Al Qur’an.
Sebagai seorang Muslim, Mesut Ozil merasakan bulan Ramadhan saat ini memberikan banyak keberkahan tersendiri, karena dibulan Ramadhan tahun inilah pamornya makin berkibar dipentas sepakbola Eropa. Pemain yang gemar membaca Al Qur’an ini dibayar mahal oleh klub raksasa Spanyol, Real Madrid.
Thierry Henry
Banyak orang bertanya-tanya terhadap apa yang dilakukan oleh pesepak bola Thierry Henry, Pasalnya ia seringkali bersujud mencium tanah ketika memasukan bola ke kandang lawan, seperti apa yang dilakukan kebanyakan pemain bola muslim sebagai tanda syukur. Dalam sebuah wawancaranya yang disiarkan dari kantor berita Al Jazeerra, Henry membenarkan ke-islaman-nya.
Saat ditanya Islam dikaitkan dengan teroris, Henry membantah akan anggapan tersebut.
“Sekali lagi, saya selalu menegaskan bahwa Islam bukan teroris, sebab jika seseorang benar-benar percaya pada Allah, sudah pasti ia percaya pada Al-Qur’an dan Rasul terakhir, karena Al-Qur’an dan Rasul pada dasarnya ditakdirkan Allah untuk membawa kedamaian, dan itulah Islam.”  Tukas Henry.
Kolo Toure
Mengaku pernah mencoba tetap berpuasa, tapi kondisi latihan berat memaksa ia membatalkan puasanya. “Tapi saya pasti akan menggantinya di hari atau bulan lain. Itu adalah konsekuensi sebagai seorang muslim,” ujar Toure.
Eric “Bilal” Abidal
Sejak masuk Islam, Abidal berusaha menjadi Muslim yang taat. Kariernya di lapangan hijau kian moncer. Penggemar La Liga Spanyol pasti mengenal sosok Eric Abidal. Ia dikenal sebagai bek andal yang memperkuat FC Barcelona dan Timnas Prancis. Ia suka membaca Al Quran sebelum bertanding.
Di setiap sesi latihan klub sepakbola Barcelona, Eric sering terlihat membawa tas kecil, mungkin banyak yang mengira isi tasnya si eric sama seperti teman teman di klubnya barcelona jika latihan bola: sepatu dan perlengkapannya yang menunjang untuk latihan.
Sebenarnya yang eric bawa dan membedakan isi tas kecilnya dengan pemain bola lain adalah alqur’an, Kitab suci Ummat islam di seluruh dunia yang “kini” menjadi agama Minoritas di eropa.
Karim Benzema
Striker anyar Real Madrid, Karim Benzema juga menjalankan puasa. Lahir di Lyon, Prancis 19 Desember 1987, Benzema merupakan striker andalan tim nasional Prancis. Sama seperti legenda Prancis, Zinedine Zidane, Benzema juga berdarah Aljazair.
Beruntung bagi Benzema, puasa tahun kemarin dia tidak sendirian di Santiago Bernabeu. Setidaknya ada Mahmadou Diarra dan Lassana Diarra yang juga beragama Islam.
Ketiganya tetap menjalankan puasa meski harus membela Madrid, tak heran jika tim dokter Madrid terus memantau perkembangan fisik ketiga pemainnya selama bulan Ramadan. Baik Benzema, Mahmadou dan Lassana diberikan nutrisi tambahan agar tidak terkena dehidrasi selama menjalani ibadah puasa tahun ini. Beruntung bagi Madrid, Ramadhan tidak terlalu berpengaruh besar saat mereka tampil.
Christian Negouai

Saat akan menjalani tes doping dan harus diambil sample kencingnya , Negouai sedang berpuasa. Praktis, Kencingnya tak mau keluar. Kevin Keegan (Manajer kala itu) menyodorkan air putih untuk diminum agar kencingnya bisa segera keluar, namun Negouai tetap menolaknya karena ia sedang berpuasa. Negouai memilih membayar denda 2.000 Pound (± Rp. 30 juta) dari kantongnya daripada membatalkan puasa. Itu baru dedikasi bung!
Nicolas Anelka
Kala itu, Manajer Chelsea (Mas Andres Villas Boas), menyuruh pemain yg sedang puasa untuk tetap berada di meja makan tim walu sedang berpuasa. Praktis, Anelka dan beberapa pemain muslim Chelsea lainnya hanya nonton pemain la9n makan . Anelka berkata: “Walau iri, saya tetap harus menangguhhkan puasa.”
Frederic Kanoute
Menolak menggunakan seragam klubnya karena disponsori oleh rumah judi. Bahkan ketika seragam itu digunakan, Kanoute menutupinya dengan plester hitam. Pada 2007, ia pernah mengeluarkan uang sebesar US$700.000 (± Rp. 6,4 Milyar) dari koceknya sendiri untuk menyelamatkan sebuah Masjjid di Sevilla. Sampai sekarang masjid tersebut menjadi tempat shalat komunitas Islam di Sevilla.
Yang paling kontroversial dari Kanoute adalah ketika Israel membombardir Palestina, akhir tahun 2008 hingga awal Januari 2009. Kanoute usai menjaringkan bola ke gawang lawan, membuka bajunya untuk memperlihatkan kaos dalamnya yang bertuliskan “PALESTINA”. Kata Palestina itu ditulis juga dalam beberapa bahasa yang lain. Ini tentu saja dimaksudkan sebagai dukungan Kanoute pada Palestina yang sedang digempur oleh pasukan Israel di Gaza.
Franck Ribery
10 Kisah Unik dan Menarik Pemain Sepakbola Dunia
Mualaf setelah menikahi seorang gadis Perancis keturunan Maroko. Memiliki nama Islam yaitu Frank Bilal Ribery. Menurutnya Islam membawanya pada keselamatan. Islam yang menjadi sumber kekuatannya di dalam maupun di luar lapangan. Di saat ia mengalami masa-masa sulit dalam karirnya, Islam datang memberikan kedamaian.
“Islam adalah sumber kekuatan saya di dalam dan di luar lapangan. Saya mengalami kehidupan yang cukup keras dan saya harus menemukan sesuatu yang membawa saya pada keselamatan. Hingga kemudian saya menemukan Islam.” Begitulah Ribery memahami Islam. (*azzans)
 
Sumber : EraMuslim.com

Friday, April 12, 2013

Kisah Wanita Misionaris Menangis Mendengar Bacaan Quran Sayyid Qutb

Dalam jiwa penuh dengan kekuatan Iman, maka pergilah Sayyid Quthb ke Amerika. Dalam perjalanan itu, ia bertanya-tanya kepada dirinya: Apakah saya pergi ke Amerika lalu disana akan berperilaku sebagaimana perilaku para utusan lainnya yang hanya puas dan merasa cukup dengan makan dan tidur saja? Ataukah saya harus datang membawa perilaku yang berbeda?
Apakah saya akan tetap menunjukkan keIslaman saya dan berpegang pada ajaran-ajarannya dan mentaati semua aturannya dalam kehidupan gemerlap untuk memuaskan hawa nafsu serta semua perbuatan haram? Segudang pertanyaan itu betul-betul menantang keimanannya. Namun, Sayyid sudah tahu apa yang harus ia lakukan setiba di Amerika.
Pada akhir tahun 1948, akhirnya Sayyid Quthb meninggalkan Iskandariah, Mesir, menuju Amerika melalui Kapal Api dengan melintasi laut tengah dan mengarungi samudera Atlantik. Diatas kapal api itulah banyak persitiwa yang terjadi dan membekas dalam hatinya. Bahkan kenangan dalam perjalanan menuju Amerika itu banyak dituangkan saat ia menulis Tafsir Fii Dzhilalil Qur’an. Salah satu kisahnya saat beliau melihat seorang misionaris Kristen berupaya mengkristenkan orang-orang Islam yang menumpang kapal tersebut. Kejadian itu berlangsung tepat ketika waktu bergulir menuju Shalat Jum’at.
Sayyid Quthb melihat sang misionaris tidak ubahnya pendeta-pendeta pada umumnya yang menawarkan ajaran agama Kristen yang sangat kacau. Sontak saja, hal ini membangkitkan rasa dan semangat keimanan Sayyid Quthb untuk menjaga akidah saudara semuslimnya. Tidak butuh menunggu waktu lama, beliau segera menghubungi kapten kapal untuk meminta izin mendirikan Sholat Jum’at di atas kapal. Semua orang Islam, berikut awak kapal pun kemudian mendatangi panggilan Shalat Jum’at yang diinisiasikan Sayyid Quthb. Ia pun akhirnya bertindak sebagai khotib. Dan usut punya usut Sayyid Quthb ternyata tengah melakukan perubahan besar dalam kapal tersebut.
Rupanya, shalat Jum’at yang ia pimpin adalah shalat Jum’at pertama yang didirikan di kapal tersebut. Mengenai hal ini, Sayyid Quthb sempat menulisnya dalam Tafsir Fii Dzihilalil Qur’an saat membahas Surat Yunus.
“Nahkoda kapal (seorang Inggris) memberikan kemudahan kepada kami untuk menunaikan shalat. Ia memberikan kelonggaran kepada para awak kapal, para juru masak, dan para pelayannya, yang kesemuanya beragama Islam untuk menunaikan shalat Jum’at bersama kami asalkan tidak ada tugas saat waktu itu. Mereka sangat bergembira, karena ini merupakan kali pertama dilaksanakannya shalat Jum’at di kapal tersebut.”
Sayyid bersama para jama’ah kemudian menjadi santapan para penumpang asing. Gerakan Sholat Sayyid dan kaum muslimin lainnya terasa asing bagi mereka namun memendam kelembutan ibadah yang begitu syahdu. Hingga sesaat setelah shalat Juma’at dilaksanakan, banyak diantara orang asing mendatangi Sayyid dan para jama’ah seraya mengucapkan selamat dan sukses atas ibadah Jum’at yang baru saja dilaksanakan. Sayyid Quthb pun menulis kenangan itu dalam Kitab Fi Dzhilalil Qur’annya,
“Saya bertindak sebagai Khatib dan imam shalat Jum’at itu. Para penumpang yang sebagian besarnya orang asing itu duduk-duduk berkelompok-kelompok menyaksikan kami shalat. Setelah menunaikan shalat banyak dari mereka, yang datang kepada kami untuk mengucapkan selamat atas kesuksesan kami melaksanakan tugas suci. Dan ini merupakan puncak pengetahuan mereka tentang shalat kami.”
Salah satu orang yang mendatangi jema’ah Sayyid Quthb adalah seorang wanita beragama Nashrani berkebangsaan Yugoslavia. Wanita itu sendiri adalah orang melarikan diri dari tekanan dan ancaman komunis Teito. Wanita itu mengaku takjub atas kesyahduan dan ketertiban Shalat Jum’at yang didirikan Sayyid Quthb dan kaum muslimin. Air matanya pun tak kuasa untuk dibendung. Ia menangis mengetahui betapa nilai-nilai rabbani yang dilantunkan Sayyid Quthb tidak mampu menahan perasaannya.
Wanita itu pun begitu heran. Ia bertanya-tanya alunan musik apa yang baru saja dibacakan Sayyid Quthb. Irama itu pun tidak pernah dikenalnya selama ini. Ia melihat sang imam (yakni Sayyid Quthb) membacakan kalimat-kalimat berlainan namun penuh dengan bahasa dan irama. Menurutnya hal itu tidak pernah ia dengar dalam agamanya selama ini. Akhirnya wanita itu pun kaget saat mengetahui bahwa bahasa yang dilantunkan Sayyid Quthb dalam Shalat Jum’at adalah ayat-ayat Al Qur’anul Karim, sebuah kitab suci mulia bagi umat muslim.
Inilah yang membuat Sayyid Quthb semakin memahami bagaimana kekuatan redaksi di dalam Al Qur’an begitu mempesona. Tidak hanya bagi umat muslim, juga bagi non musim. Karena ucapan takjub itu sendiri keluar dari mulut seorang wanita yang belum pernah memahami satu huruf pun di dalam Al Qur’an. Tentang kejadian itu, Sayyid Quthb menulis dalam Kitab Fii Dzhilalil Qur’an,
“Terjadinya peristiwa ini dan peristiwa-peristiwa serupa lainnya, yang dialami banyak orang menunjukkan bahwa di dalam Al Qur’an ini terdapat rahasia lain yang ditangkap oleh sebagian hati manusia, hanya semata-mata ia mendengar Al Qur’an dibaca. Boleh jadi keimanan wanita kepada agamanya dan pelariannya dari negeri komunis itu telah menjadikan perasaannya begitu sensitif terhdap kalimat-kalimat Allah secara mengaggumkan seperti ini.”
Maka itu Sayyid Quthb, merasa perlu untuk memperbincangkan Al Qur’an dengan kekuatannya, yang tersembunyi dan mengagumkan itu. Sebelum membicarakan segi-segi pengetahuan yang dapat diketahui lebih banyak, daripada orang lain oleh orang-orang yang mempelajari seni pengungkapan dan orang-orang yang berusaha memikirkan dan merenungkannya.
Menurut Sayyid Quthb penyampaian Al Qur’an memiliki keistemewaan karena yang ditunjukinya lebih luas, pengungkapannya lebih lembut, indah, dan lebih hidup. Selain itu menurut Sayyid Quthb, Al Qur’an pun memiliki metode penjelasan yang diluar kemampuan jangkauan manusia. Seperti bagaimana Al Qur’an menyampaikan metodenya dalam beberapa ayat di dalam surat Yunus.
“ dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir’aun dan bala tentaranya, karena hendak Menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir’aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya Termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". (Surat Yunus, 90)
Menurut Sayyid Quthb, Sampai disini kisah ini diceritakan, kemudian dikomentari secara langsung, dengan firman yang diarahkan kepada pemandangan yang dihadapi sekarang,
“ Apakah sekarang (baru kamu percaya), Padahal Sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu Termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami.” (Surat Yunus 91-92)
Kemudian disusul lagi dengan membeberkan pandangan yang terus terjadi hingga sekarang ini, (bahkan pada masa-masa selanjutnya),
“ dan Sesungguhnya Kami telah menempatkan Bani Israil di tempat kediaman yang bagus dan Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik. Maka mereka tidak berselisih, kecuali setelah datang kepada mereka pengetahuan (yang tersebut dalam Taurat). Sesungguhnya Tuhan kamu akan memutuskan antara mereka di hari kiamat tentang apa yang mereka perselisihkan itu.” (Surat Yunus 93)
Maka benarlah kata Sayyid Quthb bahwa redaksi Al Qur’an sangat berbeda dengan redaksi ciptaan manusia. Redaksi atau susunan Al Qur’an mempunyai kekuatan yang hebat terhadap jiwa, dimana redaksi ciptaan manusia tidak pernah bisa memilikinya. Dengan hanya membacanya, maka kadang-kadang dapat menimbulkan pengaruh yang hebat terhadap orang-orang yang tidak tahu apa-apa tentang bahasa Arab. Ya termasuk wanita Yugoslavia itu, yang menangis mendengar bacaan Al Qur’an. (last/ermus)

Tuesday, April 9, 2013

Pertemuanku dengan Mujahid Keturunan Indonesia asal Yaman di Suriah

SURIAH  - Hari pertama tiba di kawasan Lattakia, Suriah, Jum’at (5/4/2013), kami berjumpa dengan dua orang mujahid Arab. Ciri fisik keduanya berbeda dengan orang-orang Arab Suriah. “Pasti pejuang dari negara arab lain,” ujar salah seorang diantara kami saat itu.

Di saat kami ingin menyapa beliau berdua, salah seorang yang lebih muda dari keduanya menyapa kami terlebih dahulu, “Apa kabar? kamu orang Indonesia?” tanya beliau dengan bahasa Indonesia, tentu kami kaget menemukan orang Arab di bumi jihad seperti ini yang bisa berbahasa Indonesia. Bahasa Indonesia yang diejakan dengan logat khas Arab memang kedengarannya agak lucu, tapi sangat menyenangkan.

Setelah berkenalan dengan keduanya, kami baru tahu ternyata keduanya adalah pejuang yang berasal dari Yaman. Keduanya masuk ke Suriah dengan seorang dokter bernama Abu Abdillah.

Yang paling tua memperkenalkan dirinya dengan nama Abu Utsman, sedangkan yang paling muda memperkenalkan dirinya dengan Abu Hamzah. Menurut kisahnya, Abu Utsman telah memiliki empat orang anak, yang paling besar umurnya 16 tahun. Lelaki yang berumur kisaran 45 tahun ini telah melalang buana ke berbagai bumi jihad. Ia pernah berjihad di Afghanistan, awal-awal penyerbuan Amerika ke negeri Islam Thaliban itu.

Ia juga sempat berjihad di Somalia dan Bosnia. Sebelum datang ke Suriah, sekian tahun berjihad membantu saudara-saudara muslimnya di Chechnya melawan kaum Atheis yang merenggut kehormatan wanita-wanita muslimah di sana dan memburu para laki-lakinya. Medan jihad yang paling berat, menurut Abu Utsman, adalah medan jihad di Chechnya. Bagaimana tidak? Setiap tahunnya, hampir lima bulan penuh bumi Chechnya direndam salju.

Sedangkan Abu Hamzah, mujahid yang berusia kisaran 35 tahun ini, pernah membantu saudara-saudaranya di Afghanistan mengusir penjajah Amerika. Bapak yang anak satu ini ternyata memiliki darah keturunan Indonesia, tepatnya di Aceh. “Mama saya dari Indonesia, papa dari Yaman,” tuturnya suatu saat. Pantas dia bisa berbahasa Indonesia.

“Bagaimana dengan keluarga Anda berdua?” Tanya saya suatu ketika. Keduanya serempak menjawab, “Mereka telah mengikhlaskan kami untuk berjuang membantu saudara-saudara kami yang terdzalimi. Adapun urusan mereka, kami serahkan semuanya kepada Allah, kami bertawakkal kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala . Dia sebaik-baiknya penjaga.”

Bagi kami yang belum begitu terasah dengan dunia jihad dan pengorbanan, memaknai tawakkal seperti yang dipahami oleh kedua mujahidin ini masih begitu susah, tetapi bagi pejuang-pejuang Suriah baik lokal maupun pendatang dari negara tetangga, istilah tawakkal itu bukan lagi teori yang dihafal dan ditulis, tetapi itu sudah menjadi keyakinan yang sudah mengakar kuat dalam sanubari mereka.
Saat saya tanya, “apakah kalian merindukan keluarga?”. Keduanya menjawab, ‘itu sudah manusiawi, tetapi penderitaan yang dialami oleh saudara kami di bumi Syam ini, mengharuskan kami untuk mengikhlaskan diri berpisah dengan keluarga-keluarga kami yang tercinta.” Abu Utsman melanjutkan, “Yang sangat sulit bagi pejuang adalah mengikhlaskan niat.” Kemudian Abu Hamzah melanjutkan, “Padahal pahala jihad sangat tinggi, ia adalah puncak ibadah tertinggi dalam Islam.” Kemudian ia membacakan beberapa ayat dan hadits terkait keutamaan jihad. “Semoga kehadiran kalian di sini ditulis sebagai ibadah ribath dan jihad di sisi Allah.” Kata Abu Hamzah mengakhiri dialog kami sehabis shalat maghrib berjama’ah di sore kala itu. “Aamin ya Rabb.” Jawab kami mengamininya.” [Abu Abdurrahman]

Sumber : Voa-Islam.com

Sunday, April 7, 2013

Islam Menggantikan Kekosongan Rohani Orang-orang Barat

BELANDA Sabtu (06/04/13) Rolf Ferris yang digelari Syaikh Rafiq Ahmad Ferris, yang berusia 73 tahun sebelumnya memeluk agama Kristen dan memeluk Islam di usia muda, berkata, “Islam menggantikan kekosongan rohani yang dialami oleh barat setelah gereja mundur”.
Syaikh Rafiq menambahkan, ia merasakan kekosongan rohani yang tidak diisi oleh keluarga, gereja ata musik yang membuat ia tenar. Akan tetapi, sikap open dengan dan interaksi sosial serta kebingan jiwa adalah faktor yang mendorong Rolf masuk Islam.  
Islam Mengisi kekosongan Rohani
Ia menunjukkan bahwa gereja tidak lagi mengisi agama sebagaimana kondisi 70% orang-orang Belanda. Rolf Ferris ikut berpartisipasi dalam Forum Nasional untuk Muslimin yang baru yang diadakan setiap tahun di Belanda, di mana muslim Belanda yang lama share pengalaman dengan muslim Belanda yang baru masuk Islam.
Ketika ditanya mengenai hubungan pertama ia masuk Islam, ia menjawab bahwa ia pertama pertama hidup di dunia musik yang ramai di Afrika Selatan. Kemudian ia berkenalan dengan grup band muslim anti-rasis.
Ia menuturkan bahwa kebaikan dalam interaksi yang ia dapatkan di Negara-negara muslim yang ia kunjungi pada tahun 60an, membuat ia mencari dan mengenal lebih dalam tentang Islam.
“Saya sampai di Kairo larut malam dan saya tidak menemukan tempat berlindung. Seseorang menunjukkanku ke masjid yang dekat. Saya tidur di sana dan tidak ada seorang pun yang bertanya :kamu muslim atau kafir? Kamu shalat atau tidak? Bahkan semua orang berusaha memberikan pelayanan tanpa imbalan” kenang pria Belanda usia 73 tahun itu.
Ferris menambahkan, setelah memeluk Islam ia mulai memperdalan studi tentang Islamselama tahun 70an di ma’ad-ma’had dan universitas dunia Islam. Ia berpindah dari Fez ke Kairo, lalu ke Mekkah dank e Madinah hingga ia dijuluki Syaikh.
Orang-orang Belanda Berbondong-bondong masuk Islam Meski Pencitraan Buruk Terhadap Islam
Di tengah pemburukan citra Islam dan kampanye anti Islam, Ferris berkata “Tapi meski distorsi yang sistematis dan kadang-kadang spontan terhadap Islam, gambaran yang buruk yang dikaitkan dengan muslim, sebagian peristiwa yang disaksikan dunia pada awal millennium ini seperti tragedi 11 September di Amerika, metian van Gogh dan lain-lain, tidak mengurangi orang-orang Eropa untuk memeluk Islam, karena greja menjauh dari kehidupan manusia. Sedangkan kaitan muslimin dengan masjid adalah yang merepresentasikan alternative yang mengisi kekosongan spiritual, yang dialami mayoritas orang barat dan Belanda.
Syaikh Rafiq bekerja sebagai Imam masjid di Belanda, Pembina di Devisi Bimbingan di Universitas Islam Rotterdam dan konsultan di kotamadya, yang memenuhi syarat untuk memainkan peran penting untuk menyampaikan risalah Islam yang hilang yang dibutuhkan oleh orang-orang Eropa.[usamah/imo]
 
Sumber : Voa-Islam.com

Fatwa 'Ulama, Tentang Berhukum Dengan Selain Hukum Alloh


1. FATWA SYAIKH AL ALLAMAH IMAM MUHAMMAD AL AMIN ASY SYANGGITI –RAHIMAHULLOH- , SYAIKH NYA PARA MASYAYIKH DAN MUFTI KERAJAAN SAUDI :

وبهذه النصوص السماوية التي ذكرنا يظهر غاية الظهور أن الذين يتّبعون القوانين الوضعية التي شرعها الشيطان على لسان أوليائه مخالفة لما شرعه الله جل وعلا على ألسنة رسله [عليهم الصلاة والسلام] أنه لا يشك في كفرهم وشركهم إلاّ من طمس الله بصيرته وأعماه عن نور الوحي... فتحكيم هذا النظام في أنفس المجتمع وأموالهم وأعراضهم وأنسابهم وعقولهم وأديانهم، كفر بخالق السموات والأرض وتمرّد على نظام السماء الذي وضعه من خلق الخلائق كلها وهو أعلم بمصالحها سبحانه وتعالى (أضواء البيان جـ4 صـ 83- 84

“Berdasar nash-nash yang diwahyukan Alloh dari langit yg telah kami sebutkan di atas, telah nyata senyata-nyatanya bahwasanya orang-orang yang mengikuti undang-undang buatan manusia yang disyari’atkan oleh setan melalui mulut para pengikutnya yang bertentangan dengan syari’ah Alloh Azza Wa Jalla yang diturunkan melalui lisan para Rasul-Nya –alaihimus sholaatu wassalam- Bahwa sesungguhnya tidak diragukan lagi tentang telah kafir dan syiriknya orang – orang itu, kecuali bagi orang yang mata hatinya telah tertutup dan buta dari cahaya wahyu Alloh.
Maka penerapan undang – undang ini(undang – undang buatan manusia) dalam mengatur urusan jiwa, harta, kehormatan keturunan(nasab), akal dan agama suatu masyarakat adalah kekufuran terhadap Sang pencipta langit dan bumi dan pengkhianatan terhadap nizham (undang-undang/syari’ah) dari langit yang berasal dari Pencipta seluruh makhluk, dan Dia lah{ALLOH} Yang Maha Mengetahui mashlahah bagi seluruh makhluk-Nya”. (Tafsir Adhwa’ul Bayan juz 4 hal 83 – 84)


2. FATWA SYAIKH MUHAMMAD SHALIH IBN UTSAIMIN (KIBAR ULAMA SAUDI) TENTANG PENGUASA NEGARA-NEGARA DI DUNIA YANG TIDAK MENERAPKAN SYARI'AH ISLAM


من لم يحكم بما أنزل الله استخفافاً به أو احتقاراً له أو اعتقاداً أن غيره أصلح منه وأنفع للخلق فهو كافرٌ كفراً مخرجاً من الملة، ومن هؤلاء من يصنعون للناس تشريعات تخالف التشريعات الإسلامية، لتكون منهاجاً يسير عليه الناس، فإنهم لم يصنعوا تلك التشريعات المخالفة للشريعة إلاّ وهم يعتقدون أنها أصلح وأنفع للخلق، إذ من المعلوم بالضرورة العقلية والجبلة الفطرية أن الإنسان لا يعدل عن منهاج إلى منهاج يخالفه إلاّ وهو يعتقد فضل ما عدل إليه ونقص ما عدل عنه

"Siapa saja yang tidak menetapkan hukum dengan syari'ah Alloh, disebabkan meremehkan, menganggap enteng, atau berkeyakinan bahwa undang-undang lain lebih baik dibanding syari'at Islam maka orang itu telah kafir keluar dari islam Dan di antara mereka itu adalah orang-orang yang menyusun dan membuat undang-undang yang bertentangan dengan syari'at Islam, undang-undang itu mereka buat agar menjadi aturan dan tata nilai dalam kehidupan manusia. Mereka itu tidak membuat atau menyusun undang-undang dan aturan hukum yang bertentangan dengan syari'at Islam kecuali karena mereka berkeyakinan bahwa undang-undang itu lebih baik dan lebih bermanfaat bagi manusia. Dengan demikian sudah menjadi sesuatu yang diketahui secara pasti baik oleh logika maupun naluri akal manusia bahwa manakala seseorang berpaling dari sebuah manhaj lalu pindah ke manhaj yang lain kecuali karena dia meyakini bahwa manhaj barunya itu lebih baik dibanding manhaj yang lama” (Majmu'atul Fatwa wa Rosail Syaikh Utsaimin juz 2 hal 143)



3. FATWA SYAIKH ABDUL AZIZ BIN BAZ


ولا إيمان لمن اعتقد أن أحكام الناس وآراءهم خير من حكم الله تعالى ورسوله أو تماثلها وتشابهها أو تَرَكَهَا وأحلّ محلّها الأحكام الوضعية والأنظمة البشرية وإن كان معتقداً أن أحكام الله خيرٌ وأكمل وأعدل

"Dan tidak ada lagi iman bagi orang yang berkeyakinan bahwa hukum-hukum buatan manusia dan pendapat mereka lebih baik dibanding hukum alloh, atau menganggap sama, atau menyerupainya, atau meninggalkan hukum Alloh dan Rosul-Nya tu kemudian menggantinya dengan undang-undang buatan manusia walaupun ia meyakini bahwa hukum alloh lebih baik dan lebih adil" (Risalah Ibn Baz "Wujub Tahkim Syari'a Alloh wa nabdzi ma khaalafahu, Syaikh Bin Baz)

4. FATWA SYAIKH SHALIH FAUZAN AL FAUZAN :

فمن احتكم إلى غير شرع الله من سائر الأنظمة والقوانين البشرية فقد اتخذ واضعي تلك القوانين والحاكمين بها شركاء لله في تشريعه

"Siapa saja yang menetapkan hukum dengan selain syari'at Alloh, yaitu dengan Undang-undang dan aturan manusia maka mereka telah menjadikan para pembuat hukum itu sebagai Ilah tandingan selain alloh dalam tasyri' (Wafaqat ma’a Asy Syaikh Al Albany 46)

5. FATWA SYAIKH AL ALLAMAH ABDULLAH AL JIBRIN :

وقال تعالى {ما فرّطنا في الكتاب من شيء}... فنقول: معلومٌ أن القوانين الوضعية التي فيها مخالفةٌ للشريعة أن اعتقادها والديانة بها خروجٌ عن الملة ونبذٌ للشريعة وحكمٌ بحكم الجاهلية، وقد قال الله تعالى {أَفَحُكْمَ الجاهليّةِ يبغون ومن أحسنُ من الله حُكماً لقومٍ يُوقنونَ} فحكم الله أحسنُ الأحكام وأولاها، وليس لأحدٍ تغييره وتبديله، فإذا جاء الإسلام بإيجاب عبادةٍ من العبادات فليس لأحدٍ أن يغيرها كائناً من كان، أميراً أو وزيراً أو ملكاً أو قائداً... فإذا حَكَمَ الله في أمرٍ من الأمور فليس لأحدٍ أن يتعدى حكم الله تعالى {ومن لم يحكم بما أنزل الله فأولئك هم الكافرون} كما أخبر بذلك

" Alloh Ta'ala Berfirman : "Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab" (QS Al An'am 38)
(Beliau menjelaskan ayat ini ) : “Maka kami katakan : “Sudah diketahui secara pasti bahwasanya undang-undang buatan manusia yang di dalamnya terdapat (aturan-aturan hukum) yang bertentangan dengan Syari'ah Alloh, BAHWASANYA MEYAKININYA DAN MENJADIKANNYA ATURAN HIDUP ADALAH PERBUATAN YG MENGELUARKAN PELAKUNYA DARI ISLAM, SERTA MENGHANCURKAN SYARI'AH ALLOH SERTA BERHUKUM DENGAN HUKUM JAHILIYYAH".

Alloh Ta'ala Berfirman :

“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Alloh bagi orang-orang yang yakin ?” (QS Al Maidah 50)

Hukum Alloh adalah sebaik-baik hukum serta yang paling utama dan tidak ada seorang pun yang diperbolehkan untuk merubah atau menggantinya. Maka tatkala Islam datang dengan mewajibkan suatu ibadah, tidak ada seorang pun yang merubahnya, siapa pun dia. Baik dia seorang Amir (pemimpin), menteri, raja atau panglima. Manakala Alloh telah menetapkan sebuah aturan hukum dalam suatu masalah di antara masalah-masalah kehidupan manusia, maka tidak ada satu pun yang boleh menentang aturan Alloh itu : “Siapa saja yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Alloh, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir [1].” (Ceramah Syaikh Jibrin tentang Hukum masuk dalam Parlemen side B)

6. FATWA SYAIKH ABDURRAHMAN AS SA'DY

قال في تفسير قوله تعالى {ألم تر إلى الذين يزعمون أنهم آمنوا بما أنزل إليك} أن: (الرد إلى الكتاب والسنة شرط في الإيمان، فدل ذلك على أن من لم يرد إليهما مسائلَ النزاع فليس بمؤمن حقيقة، بل مؤمن بالطاغوت ... فإن الإيمان يقتضي الإنقياد لشرع الله وتحكيمه، في كل أمر من الأمور، فمن زعم أنه مؤمن، واختار حكم الطاغوت على حكم الله فهو كاذب في ذلك
Beliau menafsirkan ayat :
"Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ? Mereka hendak berhakim kepada thoghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thoghut itu. Dan syaithon bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya”. (QS An Nisa' 60)

"Bahwasanya mengembalikan semua urusan kepada Al Qur'an dan Sunnah adalah syarat keimanan. Ini menunujukkan bahwa siapa saja yg menolak untuk mengembalikan urusan yang dipertentangkan kepada Al Qur'an dan Sunnah ia tidak beriman secara sungguh-sungguh, bahkan ia telah beriman kepada thoghut. Karena sesungguhnya iman menuntut adanya ketundukan kepada Syari'ah Alloh dan bertahkim kepadanya dalam setiap urusan MAKA SIAPA SAJA YG MENGAKU MUKMIN, TETAPI IA MEMILIH HUKUM THOGHUT DIBANDING HUKUM ALLOH SUNGGUH IA TELAH DUSTA DALAM IMANNYA" (Tafsir As Sa'dy hal 148)
7. FATWA SYAIKH HAMUD AT TUWAIJRY

قال: «من أعظمها شراً [أي من أعظم المكفرات شراً] وأسوأها عاقبة ما ابتلي به كثيرون من اطراح الأحكام الشرعية والاعتياض عنها بحكم الطاغوت من القوانين والنظامات الإفرنجية أو الشبيهة بالإفرنجية المخالف كلٌ منها للشريعة المحمدية» ثمّ أورد بعض الآيات القرآنيّة وتابع: «وقد انحرف عن الدين بسبب هذه المشابهة فئاتٌ من الناس، فمستقل من الانحراف ومستكثر، وآل الأمر بكثير منهم إلى الردة والخروج من دين الإسلام بالكلية ولا حول ولا قوة إلاّ بالله العلي العظيم. والتحاكم إلى غير الشريعة المحمدية من الضلال البعيد والنفاق الأكبر... وما أكثرُ المعرضين عن أحكام الشريعة المحمدية من أهل زماننا... من الطواغيت الذين ينتسبون إلى الإسلام وهم عنه بمعزل

“Di antara yang paling besar kekufurannya, yang paling buruk azab yang akan diterima oleh banyak orang di akhirat kelak adalah menentang hukum-hukum Syari’ah Alloh serta menggantinya dengan undang-undang Thoghut berupa undang-undang yang mereka adopsi dari Barat atau yang mirip dengannya yang bertentangan dengan syari’ah yang dibawa oleh Rosulullah Muhhamad Shollallohu 'alaihi wasallam.
Kemudian beliau mengutip beberapa ayat Al Qur’an lalu melanjutkan :
Disebabkan tindakan mengadopsi dan meniru undang-undang seperti inilah, banyak sekali kalangan umat Islam yang tersesat dari Dienullah, ada yang kesesatannya hanya sedikit namun ada pula yang banyak. Dan puncak dari kesesatan yang terjadi pada sebagian besar dari mereka adalah murtad dan keluar dari Islam secara keseluruhan, walaa hawla walaa quwwata illa billahil ‘aliyyil azhim.

“Menetapkan hukum dengan aturan yang bukan Syari’ah Muhammad Shollallohu 'alaihi wasallam adalah salah satu di antara kesesatan yang amat jauh, dan nifaq Akbar (Murtad keluar dari Islam). Dan mayoritas dari mereka yang menentang Syari’ah Muhammad Shollallohu 'alaihi wasallam di zaman ini adalah para penguasa Thoghut yang mengaku dirinya muslim serta mengatasnamakan tindakan mereka dengan Islam padahal sesungguhnya mereka telah membuang jauh-jauh Islam dari diri mereka”.
(Al Idhah wat Tabyiin Limaa Waqo’a Fiehi Al Aktsaruun Min Musyabahat Al Musyrikin Hal 28 – 29 : Syaikh Hamud At Tuwaijry)
[iroel/p.a]

Sumber : shoutussalam.com

Thursday, April 4, 2013

Biografi Singkat Imam Al-Asy’ary

Mayoritas kaum Muslimin yang berada di berbagai belahan negara Islam menisbatkan aqidah mereka kepada Abul Hasan Al-Asy’ary. Namun sangat disayangkan, mereka tidak mengenal sedikitpun tentang Abul Hasan dan juga tidak mengetahui aqidah terakhir yang beliau yakini yang menjadikan diri beliau termasuk dalam deretan imam-imam yang menjadi panutan. Kami ingin menerangkan kepada mereka hakikat sebenarnya tentang imam yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang-orang yang menisbatkan diri mereka kepada beliau dan berpegang dengan aqidah beliau berdasarkan literatur muktabar yang telah kami teliti.

Siapa Abul Hasan Al-Asy’ary ?

Beliau adalah Ali bin Ismail bin Ishaq bin Salim bin Ismail bin Abdullah bin Musa bin Abi Burdah bin Abu Musa Al-Asy’ary.

Lahir pada tahun 260 H. Identitas ini disebutkan oleh Abul Qasim Ali bin Hasan bin Hibatullah bin ‘Asaakit Ad-Dimasyqy dalam kitabnya “Tabyiinul Kidzbil Muftari Fima Nusiba ila Abi Hasan Al-Asy’ary” , Al-Khatib Al-Baghdady dalam kitab Tarikh Baghdaady, Ibnu Khalkan dalam Wafayaatul A’yan, Adz-Dzahaby dalam Tarikh Islam, Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wan Nihayah dan Thabaqaat Asy-Syaafi’iyah, At-Taaj As-Subki dalam Thabaqaat Asy-Syaafi’iyah Al-Kubra, Ibnu Farhun Al Maaliky dalam Ad-Dibadzul Madzab fi A’yaani Ahli Madzab, Murtadha Az-Zubaidy dalam Ittihaafus Saadatil Muttaqin bi Syarh Asrar Ihya ‘Ulumuddin, Ibnul ‘Ammad Al-Hanbali dalam Syadzaraat Adz-Dzahab fi A’yaani min Dzahab dan lain-lain.

Imam Abul Hasan Al-Asy’ary datang ke kota Baghdad dan mengambil hadits dari Al-Hafidz Zakariya bin Yahya As-Saajy salah seorang imam hadits dan fiqh, dari Abi Khalifah Al-Jumahi, Sahl bin Sarh, Muhammad bin Ya’kub al Muqry dan Abdur Rahman bin Khalaf Al-Bashriyain. Beliau banyak meriwayatkan dari mereka dalam kitab tafsir beliau berjudul Al-Mukhtazin. Beliau juga mengambil ilmu kalam dari gurunya yaitu suami ibunya yang bernama Abi Ali Al-Jubba’i, salah seorang tokoh Mu’tazilah.

Setelah beliau mendalami ilmu kalam dan berhasil mencapai puncaknya, beliau mengajukan beberapa pertanyaan kepada gurunya tersebut. Tetapi beliau tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan hingga membuat beliau bingung.

Dikisahkan dari beliau, bahwa beliau berkata, “Selama beberapa malam, aku merasa gelisah dengan aqidah yang sedang aku pegang. Lantas aku berdiri melaksanakan shalat dua rakaat. Lalu aku memohon kepada Allah Ta’ala agar Dia menunjukiku kepada jalan yang lurus, kemudian aku tertidur. Aku melihat Rasulullah saw dalam mimpi lantas aku mengadukan kepada beliau tentang masalah yang sedang menggelayutiku. Rasulullah saw bersabda kepadaku, “Peganglah sunnahku!” kemudian akupun terbangun. Setelah itu aku membandingkan masalah-masalah ilmu kalam yang aku dapati, dengan Al Qur’an dan Hadits. Akupun berkesimpulan untuk berpegang teguh dengan Al Qur’an dan As-Sunnah serta membuang ilmu-ilmu selainnya.

Abu Bakar Ahmad bin Ali bin Tsabit yang dikenal dengan sebutan Al-Khatib Al-Baghdady wafat tahun 463 H dalam tarikhnya yang terkenal juz 11 halaman 346 berkata : “Abu Hasan Al Asy’ary adalah pemilik berbagai kitab yang membantah kaum mulhid dan lain-lainnya dari kalangan Mu’tazilah, Rafidhah, Jahmiyah, Khawarij dan berbagai kelompok bid’ah lainnya.”…kemudian beliau mengatakan : “Pada waktu itu kaum Mu’tazilah sedang berjaya hingga Allah memunculkan Abu Hasan Al-Asy’ary yang akhirnya menghujat mereka hingga tak berkutik.”

Ibnu Farhun berkata dalam kitab Ad-Dibaj : “Abu Muhammad bin Abi Zaid Al-Qiruwany dan imam-imam lainnya memberi pujian terhadap Abu Hasan Al-Asy’ary.”

Ibnul ‘Imam Al-Hanbali berkata dalam kitab Asy-Syadzaraat 2/303 : “Di antara perkara yang membuat hina panji-panji kaum Mu’tazilah dan Jahmiyah serta menjelaskan kebenaran yang sudah nyata dan membuat dada ahli iman dan ahli ma’rifah sejuk adalah perdebatan Abul Hasan Al-Asy’ary dengan gurunya, Al-Jubba’i, yang hasilnya mematahkan kekuatan semua pelaku bid’ah dan tukang debat. Perdebatan ini sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Khalkan ; “Abul Hasan Al-Asy’ary mengajukan tiga pertanyaan kepada ustadznya, Abu Ali Al-Jubbaa’i tentang tiga orang bersaudara. Yang pertama seorang mukmin, baik dan bertaqwa, yang kedua kafir, fasiq dan jahat, dan yang ketiga masih kecil. Kemudian ketiga-tiganya mati, bagaimana keadaan mereka nanti ?” Al-Jubbaa’i menjawab :”Adapun yang mukmin maka ia berada di tempat yang tinggi (jannah), sedang yang kedua berada di tempat paling rendah (neraka) dan yang masih kecil termasuk orang-orang yang selamat (dari neraka).”

Abul Hasan Al-Asy’ary bertanya lagi : “Jika si kecil ingin ke tempat saudara yang mukmin tadi, apakah ia akan diberi izin ?” Al-Jubbaa’i menjawab : “Tidak boleh ! Karena akan dikatakan kepadanya bahwa saudaramu dapat mencapai derajat ini karena ia banyak beramal, sementara kamu tidak mempunyai amal ketaatan.”Abul Hasan Al-Asy’ary berkata : “Jika si kecil menjawab : “Kesalahan ini tidak terletak padaku, karena Allah tidak membiarkan usiaku panjang dan tidak mentakdirkan kepadaku untuk melaksanakan ketaatan.” Al-Jubbaa’i berkata : “Allah swt akan berkata :’Aku mengetahui, jika Aku biarkan usiamu panjang, kamu akan menjadi orang yang durhaka dan berarti kamu berhak mendapat azab yang pedih. Maka hal itu Aku lakukan demi kemaslahatanmu.”

Abul Hasan Al-Asy’ary berkata : “Jika saudaranya yang kedua berkata ;’Wahai Ilaah semesta alam, sebagaimana Engkau mengetahui keadaannya tentunya Engkau juga sudah mengetahui keadaanku, lantas mengapa Engkau tidak memperhatikan kemaslahatanku ?” Mendengar hal itu Al-Jubbaa’i pun terdiam.”

Ibnu Imaad berkata, “Perdebatan ini menunjukkan bahwa Allah swt memberikan rahmat-Nya kepada siapa saja yang Dia kehendaki dan menimpakan azab atas siapa saja yang Dia kehendaki.”

Taajuddin As-Subki dalam Thabaqaat Asy-Syaafi’iyah Al Kubra berkata ;”Abul hasan Al-Asy’ary seorang ulama besar Ahli Sunnah setelah Imam Ahmad bin Hanbal dan tidak diragukan lagi bahwa aqidah beliau sama seperti aqidah Imam Ahmad bin Hanbal. Hal ini dengan jelas beliau sebutkan berkali-kali dalam buku-buku beliau ; “Aqidahku adalah seperti aqiah Al-Imam Ahmad bin Hanbal.” Demikianlah ucapan Syekh Abul Hasan Al-Asy’ary di berbagai tempat dalam bukunya.

Keutamaan Abul Hasan Al-Asy’ary terlalu banyak dan dalam kesempatan yang terbatas ini tidak mungkin dikumpulkan semuanya. Siapa saja yang membaca tulisan-tulisan beliau setelah bertaubat dari madzhab Mu’tazilah, akan menjumpai bahwa Allah telah mencurahkan taufik-Nya kepada beliau dan menjadikan beliau sebagai penegak kebenaran dan pembela manhaj yang haq.

Para pengikut madzhab berselisih tentang madzhab yang dianut oleh Imam Abul Hasan Al-Asy’ary. Penganut madzhab Maliki mengatakan bahwa beliau adalah seorang yang bermadzhab Maliki. Penganut madzhab Asy-Syafi’i mengatakan bahwa beliau bermadzhab Syafi’i dan demikian halnya dengan penganut madzhab Hanafy. Ibnu Asakir berkata ;”aku bertemu dengan Syekh Al Fadhil Jamal Al-Faqih lalu ia menyebutkan riwayat dari guru-gurunya bahwa Abul Hasan Al-Asy’ary bermadzhab Maliki. Kemudian sekarang ini siapa saja yang menisbatkan diri kepada madzhab Ahli Sunnah dan orang-orang yang menekuni masalah-masalah ushuluddin dari berbagai madzhab menisbatkan diri kepada beliau, karena banyaknya buku-buku karangan beliau dan banyaknya orang-orang yang membacanya.

Ibnu Faurak berkata ;”Abul Hasan Al-Asy’ary wafat pada tahun 324 H.”

Setelah disebutkan secara ringkas biografi ulama ini, selanjutnya akan disebutkan bukti taubat beliau dari pemikiran Mu’tazilah serta bukti penisbatan kitab Al-Ibaanah ini kepada beliau dan kami juga akan memaparkan literatur-literatur yang menjelaskan tentang hal itu. InsyaAllah.




Oleh : Ummu Fauzi

Sumber ; Buku “Al-Ibaanah, ‘An Ushulid Diyanah” Penulis : Imam Abul Hasan Al-Asy’ari.

Sumber : KabarDuniaIslam (fanpage FB)

Wednesday, April 3, 2013

Takdir : Jodoh, Rezeki dan Kematian

Konsep takdir, selalu menjadi perdebatan dan pertanyaan banyak orang. Belakangan ini, saya cukup banyak menemukan pertanyaan atau pun diskusi-diskusi tentang takdir. Bagi Umat Islam, Takdir merupakan bagian daripada Aqidah, karena merupakan bagian daripada Iman terhadap Qadla dan Qadar, dimana kata Takdir ini merupakan kata yang berasal dari Qadar. Karenanya, pemahaman tentang takdir ini sangat penting bagi seorang muslim. Sebab, pemahaman akan takdir ini akan menentukan arah dan sikap seorang muslim terhadap berbagai hal yang terjadi selama hidupnya. Karenanya, banyak juga ulama-ulama yang membahas konsep takdir ini dalam buku yang mereka buat.
Mengenai takdir ini, terdapat 3 golongan yang memahaminya secara berbeda. Golongan pertama, yang berpendapat bahwa manusia itu tidak bebas sama sekali, apa yang kita lakukan, sudah ditentukan oleh ALLAH. Golongan yang kedua, berpendapat bahwa kita sangat bebas, apa pun yang kita lakukan, tidak ada campur tangan Tuhan sama sekali. Dan golongan terakhir yang berpendapat bahwa apa pun yang kita lakukan semuanya ada dalam aturan-aturan Allah, ada campur tangan Allah, tapi kita pun memiliki pilihan untuk melakukan sesuatu.
Saya sendiri, jauh sebelum mengenal konsep takdir, memiliki pemahaman tersendiri berdasarkan hasil berfikir dan merenung. Dalam buku Pengajaran Agama Islam karya HAMKA, disebutkan bahwa arti Qadla itu adalah aturan, sedangkan Qadar adalah ukuran. Jauh sebelum membaca buku tersebut, saya berfikir bahwa segala hal yang ada di muka bumi ini, tunduk pada hukum sebab-akibat. Buat saya, pemahaman terhadap Qadla dan Qadar itu sederhana saja. Apapun yang terjadi di bumi ini, pasti ada sebabnya, bahkan kematian, rezeki dan jodoh pun tunduk pada hukum ini. Dalam buku tersebut juga dikatakan bahwa hukum sebab-akibat ini lah yang kemudian disebut dengan Sunatullah. Dalam ajaran Islam, segala yang ada di muka bumi ini mengikuti Sunnatullah, aturan Allah. Itulah Qadla. Sedangkan Qadar adalah ukuran dari aturan-aturan tersebut. Besar-kecil (ukuran) usaha atau ikhtiar dalam mengikuti aturan tersebut akan menentukan hasil, karenanya hasil dari usaha inilah yang disebut dengan takdir.
Saya tidak pernah berfikir bahwa Allah mengatur kehidupan manusia ini seperti kita memainkan catur. Tidak seperti itu. Karenanya, saya tidak setuju dengan golongan yang pertama. Buat saya, campur tangan Allah itu ada pada aturan-aturan yang Dia buat. Dan kita, sebagai manusia, ada dalam aturan-aturan tersebut, sehingga kita pun tidak bebas sama sekali dari campur tangan Allah. Karenanya, saya pun tidak sepakat dengan golongan yang kedua. Lalu, aturan yang seperti apa kah yang sudah Allah tentukan ? Segala macam aturan. Tidak hanya tentang aturan bagaimana hidup yang benar, tapi juga aturan-aturan terhadap alam semesta. Umur, mati, sehat, sakit, tua, rusak, itulah aturan-aturan Allah.
Contoh sederhananya begini, kita tahu, semakin tua umur suatu tali, akan semakin lapuk dan kemampuan untuk mengangkat dan menahan bebannya pun akan semakin berkurang, inilah Qadla. Katakanlah, jika dulu tali tersebut sanggup menahan berat 200 Kg selama berjam-jam, maka sekarang tali tersebut hanya mampu menahan beban seberat 50 Kg, itupun kurang dari 2 jam, inilah Qadar. Masalahnya adalah, kita tidak pernah tahu berapa beban yang sanggup tali tersebut tahan dan berapa lama, yang kita tahu, bahwa tali tersebut sudah tua dan lapuk. Karenanya, jika ingin selamat dari kecelakaan, ketika mengangkat benda dengan tali, atau ketika kita bergelantungan dengan tali, adalah dengan menghindari penggunaan tali yang tua tersebut. Kita tidak bisa menantang aturan Allah dengan nekat menggunakan tali tersebut dengan beban melebihi kemampuan tali. Karenanya, ketika kita nekat menggunakan tali tersebut, kemudian kita celaka, tidak bisa kita mengatakan,”Ini adalah ujian dari Allah…”, tidak seperti itu. Karena, Allah sudah memberikan kepada manusia akal untuk digunakan memahami aturan-aturan Allah tersebut, jika kemudian kita menentang akal kita sendiri, dan kemudian terjadi kecelakaan, itu akibat kelakuan kita sendiri. Bukan karena Allah yang melakukan. Karenanya, kita harus intorspeksi, tidak bisa kita menyalahkan Allah. Takdir kita celaka, karena perbuatan kita sendiri. Allah sudah tentukan Qadar pada tiap aturan tersebut. Karenanya, kita harus menggunakan akal kita untuk memahami aturan tersebut dan memilih ketika melakukan sesuatu.
Kematian pun mengikuti aturan ini. Contoh pada kasus bunuh diri. Bisa jadi, orang yang melakukan bunuh diri belum saat nya mati. Bisa jadi, Allah sudah menentukan hari kematiannya di waktu yang lain. Tapi, akan menjadi berantakan segala aturan yang ada jika kemudian, misalnya, ada orang yang mencoba bunuh diri dengan minum baygon sampai ber-galon-galon, atau mencoba memegang setrum tegangan tinggi selama berjam-jam, masih hidup juga, alasannya, karena Allah belum menentukan hari kematiannya saat itu. Tidak seperti itu. Allah tidak akan sekonyol itu. Allah memang sudah menentukan saat kematian seseorang, tapi Allah pun tidak akan membiarkan aturan yang Dia buat menjadi berantakan. Karenanya, orang tersebut “harus” mati, agar aturan Allah tersebut tetap berjalan sebagaimana mestinya. Meskipun, sebetulnya, bukan saatnya dia mati. Karena itu lah, Allah melaknat orang-orang yang bunuh diri. Bayangkan, jika orang tersebut masih hidup, tentunya akan menyebabkan berbagai aturan kacau balau, ilmu pengetahuan menjadi berantakan, dan mungkin, akan ada ribuan orang yang mencoba minum baygon sebagai sarapan pagi….heu heu heu.
Kasus kecelakaan mobil atau motor karena ban pecah, tabrakan, rem blong, semuanya mengikuti aturan yang ada. Ban pecah, bisa terjadi karena tertusuk paku, atau tekanan udaranya kurang, atau umur bannya sudah tua, jadi bukan Allah yang memecahkannya, aturan Allah lah yang membuat hal itu terjadi. Kasus kecelakaan lainnya, seperti tabrakan kereta api, pesawat jatuh, kapal tenggelam, semuanya pasti ada sebab nya, dan biasanya karena adanya sunnatullah yang dilanggar. Tapi dari situ, kita seolah-olah ditegur oleh Allah agar melakukan segala sesuatu sesuai dengan aturan dan ukuran yang telah ditetapkan.
Khusus untuk urusan Rezeki dan Jodoh, saya agak kesulitan juga menjelaskannya, karena memang untuk kasus-kasus ini sering terjadi hal-hal yang agak “aneh”. Bukan tidak masuk akal, hanya saja pada beberapa kasus cenderung keluar dari aturan-aturan yang ada. Selain itu juga karena adanya persinggungan dengan “takdir” orang lain. Tapi, sebagian besar tetap terikat Sunnatullah yang sudah ada.
Dalam urusan Rezeki, Islam memerintahkan untuk bekerja keras. Ingin kaya, ya bekerja keras. Ingin urusan Rezeki lancar, carilah jalan masuknya rezeki yang baik. Karenanya, biasanya, urusan Rezeki ini berbanding lurus dengan besarnya Usaha, apa yang dikerjakan, dan pada siapa kita bekerja. Jadi, tidak bisa kita mengeluh, “Sudah kerja banting tulang, tapi masih kayak gini-gini aja (miskin)…”. Pertanyaannya adalah, apa yang dikerjakan ? Di mana bekerjanya? dan kerja pada siapa ? Kalau kerja keras siang malam, tapi hanya sebagai penarik becak, wajar saja kalau tidak kaya, karena memang pintu nya kecil. Kalau sebagai karyawan, wajar saja gajinya pas-pasan, karena besarnya gaji kita juga ditentukan oleh perusahaan. Tapi, kalau jadi seorang pembicara seminar, wajar saja bayarannya besar. Karenanya, urusan Rezeki sangat berhubungan dengan orang lain juga. Tapi, dunia ini membuktikan bahwa orang-orang yang sukses secara finansial adalah orang-orang yang tahu bagaimana dia harus bekerja, tahu apa yang harus dikerjakan, dan tahu pada siapa dia harus bekerja. Tidak asal, “pokoknya gua kerja”. Dan untuk mencapai ke level itu, yang paling dominan adalah kerja keras dan pengetahuan tentang strategi mencari rezeki. Karenanya, agar rezeki menjadi lancar, kita pun harus mengkondisikan diri kita pada situasi yang memang memungkinkan kelancaran rezeki tersebut. Tidak bisa hanya tidur dan diam, lalu berkata, “kalau udah rezeki mah pasti datang sendiri…”. Karena itu, keadaan finansial kita sekarang merupakan hasil dari kerja kita diwaktu yang lalu. Kalau misalkan kita kerja selama ini tidak kaya-kaya juga, carilah tempat yang lain, atau pekerjaan yang lain. Tidak mungkin hanya diam saja di tempat tersebut. Kalau misalkan sampai saatnya mati belum kaya juga, setidaknya kita sudah berusaha untuk mencari kualitas hidup yang lebih baik.
Meksipun ada juga kasus-kasus datangnya Rezeki dari arah yang “tidak bisa diduga”, tapi biasanya, hal tersebut juga terjadi dari usaha yang kita lakukan sebelumnya. Misalnya, kita sering menolong orang lain, atau berbuat baik kepada orang lain. Sebagai rasa terima kasih, maka orang yang ditolong tersebut memberikan uang atau rezeki lainnya kepada kita. Itu pun, pada dasarnya, akibat usaha kita juga. Jarang sekali ada orang yang kaya akibat nemu duit 1 milyar di jalan. Kalau warisan, itu lain lagi, biasanya warisan tersebut merupakan hasil dari kerja keras orang yang mewariskannya. Penerima waris hanya menerima hasilnya saja.
Nah, untuk urusan jodoh, memang “sepenuhnya” karena keputusan Allah. Biasanya, untuk kasus jodoh ini, campur tangan Allah dirasakan sangat besar. Karena, kadang, sebesar apa pun usaha yang kita lakukan, kalau memang orang yang kita incar tidak suka, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Karena, urusan hati ini, hanya Allah saja yang bisa membolak-balikkannya, tentu saja dengan caraNya yang terkadang tidak bisa kita mengerti. Tapi, tetap saja, orang-orang yang berikhtiar lebih keras, cenderung lebih cepat mendapatkan jodohnya daripada orang-orang yang menunggu datangnya jodoh. Karenanya, kita pun harus introspeksi diri, seberapa besar usaha kita untuk mendapatkan jodoh tersebut…
Lalu, apa fungsinya Do’a ? Nah, Do’a adalah harapan terhadap kondisi ideal yang kita inginkan dan kita minta kepada Allah. Salah satu alasan mengapa Do’a tidak langsung dikabulkan adalah karena Allah lebih mengetahui kondisi kita yang sebenarnya daripada kita sendiri. Karenanya, agar Do’a kita terkabul, sering kali Allah menyiapkan kondisi kita terlebih dahulu. Caranya, mungkin melalui kemantapan hati ketika mengambil suatu keputusan, atau rasa gelisah ketika akan melakukan sesuatu yang salah, yang jelas, bentuk pengabulan do’a ini sangat jarang sekali yang langsung. Misalkan, kita ingin menjadi orang yang sholeh, kemudian kita berusaha untuk mencari lingkungan yang baik agar kita bisa menjadi sholeh. Nah, dalam pencarian itulah, biasanya Allah menolong kita, misalnya dengan memberikan rasa tenang ketika kita bertemu orang-orang yang sholeh, atau ketika berada di lingkungan tersebut, sehingga kita merasa betah berada disana, dan pada akhirnya, karena sering bergaul, pelan-pelan kita pun menjadi orang yang sholeh. Tidak ujug-ujug jadi sholeh, bisa hancur dunia persilatan. Allah hanya memberikan tuntunan, melalui sinyal-sinyal yang dia berikan, keputusan tetap ada pada kita. Jadi, Allah tidak memperlakukan kita seperti bidak catur…”Kamu, ke sini aja ya…? biar ntar ke neraka….” , “Nah, kamu kesana aja…supaya masuk surga..”…Saya kira tidak begitu. Hal tersebut tentu saja tidak adil, percuma saja kita hidup kalau misalkan Allah sudah menentukan “Kamu masuk Surga…”, “Kamu masuk Neraka…”. Dan untuk apa ada penghisaban di akhirat kalau jelas-jelas kita masuk neraka atau surga.
Dalam buku HAMKA tersebut, dijelaskan bahwa salah satu kemunduran umat Islam, dan menurut saya bangsa Indonesia juga, adalah menghindari Takdir, bukan menghadapinya. Kalau ingin kaya, aturannya bekerja keras, bukan diam atau malas-malasan, sementara kita lebih banyak bermalas-malasan, wajar kalau tidak kaya. Orang yang menghadapi takdir adalah mereka yang bekerja keras, sedangkan yang menghindari adalah mereka yang bermalas-malasan. Jadi,memang benar kalau segala yang baik itu datangnya dari Allah, karena Dia sudah menentukan segala sesuatunya dengan baik, kalau kita mengikuti dan memahami aturan-aturan yang ada, kita akan menemukan takdir yang baik. Sementara segala macam bencana, kecelakaan pada dasarnya memang hasil perbuatan dan kelalaian manusia juga. Contoh, banjir bandang, logikanya, banjir tersebut tidak perlu terjadi,jika hutan-hutan yang ada mampu menahan dan menyerap air tersebut. Tapi, karena hutan tersebut gundul, mengalirlah air tersebut tanpa hambatan, terjadilah banjir bandang. Siapakah yang menggundulinya ? Manusia juga. Jadi, bentuk “teguran” yang terjadi, biasanya sesuai atau akibat dari apa yang dilakukan oleh manusia.
Fenomena-fenomena alam yang terjadi juga, pada dasarnya adalah sunnatullah agar alam semesta ini tetap stabil. Gempa Bumi, letusan gunung merapi, dan lain-lain. Hanya saja, mungkin, pada saat itu Allah benar-benar “turun tangan” agar manusia tidak sombong dan lalai. Contoh pada kasus Tsunami di Aceh, mungkin yang terjadi pada saat itu bukan hanya semata-mata fenomena alam biasa, tapi mungkin memang Allah memberikan teguran secara langsung. Meskipun, secara ilmiah, masih bisa dijelaskan.
Intinya, campur tangan Allah di dunia ini, “diwakili” oleh ketentuan yang sudah Dia gariskan. Tidak turun tangan langsung seperti mengatur bidak-bidak catur. Dalam kehidupan kita, kita tidak bisa lepas dari aturan-aturan (ketentuan) tersebut. Bagaimanapun jalan kita, kita terikat oleh ketentuan tersebut. Namun, kita pun dibekali akal untuk memahami aturan-aturan tersebut, sehingga ketika kita memutuskan untuk melakukan sesuatu, kita tidak bertindak bodoh dan celaka karena melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan ketentuan. Namun, terkadang, dalam beberapa hal, Allah benar-benar mengambil alih dan “menyentil” kehidupan kita dengan caranya yang tidak bisa kita pahami.

Wallahualam,
-DonnyReza-

Tuesday, April 2, 2013

Siswa-Siswa di Inggris Masuk Islam…. Inilah Alasan Mereka

Ada fenomena yang mengejutkan dari Sekolah-sekolah di Inggris, baru-baru ini terdapat laporan yang menyebutkan bahwa ada peningkatan jumlah siswa yang memeluk Islam, dan sebagian besar siswa di Inggris (serta siswa yang berasal dari negara lain seperti Brazil, Luksemburg, Panama dan Swedia) mengungkapkan “rahasia” mengapa mereka memeluk Islam.
Menurut Al-Jazerra.net, seorang siswa, Alexandra (12 tahun), yang memeluk Islam pada bulan Ramadhan lalu dan merupakan putri Lauren Booth, adik Istri mantan perdana menteri Inggris Tony Blair, mengatakan bahwa “Islam telah merubah hidup saya dan memberi saya kehormatan dan kerendahan hati, dan saya juga menjadi lebih menghormati diri sendiri setelah saya memutuskan untuk mengenakan Jilbab.”
Alexandra menambahkan,”saya beruntung setelah pindah ke sekolah menengah pada tahun ini, dimana manejmen Sekolah dan siswa lain memperlakukan saya dengan  hormat, dan saya merasakan  sangat senang setelah diberikan ruang khusus bagi saya untuk melaksanakan sholat.”
Bukan hanya Alexandra, George radev (14 tahun) juga menyatakan hal yang hampir sama. Awalnya siswa asal Swedia itu sangat senang mengambil gambar menara masjid, dan ia juga mengaku bahwa mengalami perasaan yang aneh saat mendengar azan. Hal itu mendorongnya untuk bertanya kepada teman sekolahnya Abdullah dan Tamer, dan mereka akhirnya membantu mencari penjelasan dan informasi lainnya melalui internet. Lalu ia menyampaikan kepada keluarganya bahwa ia ingin masuk Islam, keluarganya tidak keberatan dan menyuruhnya untuk mempelajari lagi keputusannya tersebut, dan akhirnya george memutuskan memeluk Islam bulan lalu di London.
Randev sampai saat ini masih bertanya-tanya,” mengapa hanya kontroversi bodoh tentang Islam yang memenuhi media kami?”
Begitu pula halnya dengan Sheila Rudd (15 tahun) yang berasal dari Eardenj selatan London. Ia mengatakan.”sesunggunya Islam adalah cinta sejati, ia bukanlah nafsu atau botol kaca (minuman keras) atau potongan candu (drugs) yang dijual dipasaran.”
Rudd juga menyatakan kebahagiaannya setelah memeluk Islam tahun lalu, ia melihat banyak orang di Inggris memeluk Islam,menurutnya propaganda Media gagal mencegah mereka untuk memeluk Islam.
Dalam konteks yang terkait, banyak pengamat di Inggris menunjukkan penurunan jumlah gereja-gereja tradisional di Inggris, dan “aturan” yahudi dan kristen serta prinsip hidup masyarakat Inggris dianggap menciptakan kekosongan spiritual yang hanya bisa ditutupi oleh ajaran Islam yang murni.
Menurut beberapa studi di Inggris yang menunjukkan bahwa jumlah muslim di Inggris selama 6 tahun terakhir bertambah sebesar 37% dan tercatat jumlah masjid mencapai 1500 masjid, sementara Institute Gatston Inggris menegaskan bahwa ratusan warga Inggris masuk Islam setiap bulannya. (hr/IS)

Tuesday, March 26, 2013

Muslimah Cantik, Menjadikan Malu Sebagai Mahkota Kemuliaan

Muslimah cantik, menjadikan malu sebagai mahkota kemuliaannya…” (SMS dari seorang sahabat)
Membaca SMS di atas, mungkin pada sebagian orang menganggap biasa saja, sekedar sebait kalimat puitis. Namun ketika kita mau untuk merenunginya, sungguh terdapat makna yang begitu dalam. Ketika kita menyadari fitrah kita tercipta sebagai wanita, mahkluk terindah di dunia ini, kemudian Allah mengkaruniakan hidayah pada kita, maka inilah hal yang paling indah dalam hidup wanita. Namun sayang, banyak sebagian dari kita—kaum wanita—yang tidak menyadari betapa berharganya dirinya. Sehingga banyak dari kaum wanita merendahkan dirinya dengan menanggalkan rasa malu, sementara Allah telah menjadikan rasa malu sebagai mahkota kemuliaannya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إنَّ لِكُلِّ دِينٍ خُلُقًا ، وَإنَّ خُلُقَ الإسْلاَمِ الحَيَاء
“Sesungguhnya setiap agama itu memiliki akhlak dan akhlak Islam itu adalah rasa malu.” (HR. Ibnu Majah no. 4181. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Sabda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lain,
الحَيَاءُ وَالإيمَانُ قُرِنَا جَمِيعًا ، فَإنْ رُفِعَ أحَدُهُمَا رُفِعَ الآخَر
“Malu dan iman itu bergandengan bersama, bila salah satunya di angkat maka yang lainpun akan terangkat.”(HR. Al Hakim dalam Mustadroknya 1/73. Al Hakim mengatakan sesuai syarat Bukhari Muslim, begitu pula Adz Dzahabi)
Begitu jelas Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam memberikan teladan pada kita, bahwasanya rasa malu adalah identitas akhlaq Islam. Bahkan rasa malu tak terlepas dari iman dan sebaliknya. Terkhusus bagi seorang muslimah, rasa malu adalah mahkota kemuliaan bagi dirinya. Rasa malu yang ada pada dirinya adalah hal yang membuat dirinya terhormat dan dimuliakan.
Namun sayang, di zaman ini rasa malu pada wanita telah pudar, sehingga hakikat penciptaan wanita—yang seharusnya—menjadi perhiasan dunia dengan keshalihahannya, menjadi tak lagi bermakna. Di zaman ini wanita hanya dijadikan objek kesenangan nafsu. Hal seperti ini karena perilaku wanita itu sendiri yang seringkali berbangga diri dengan mengatasnamakan emansipasi, mereka meninggalkan rasa malu untuk bersaing dengan kaum pria.
Allah telah menetapkan fitrah wanita dan pria dengan perbedaan yang sangat signifikan. Tidak hanya secara fisik, tetapi juga dalam akal dan tingkah laku. Bahkan dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 228 yang artinya; ‘Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang sepatutnya’, Allah telah menetapkan hak bagi wanita sebagaimana mestinya. Tidak sekedar kewajiban yang dibebankan, namun hak wanita pun Allah sangat memperhatikan dengan menyesuaikan fitrah wanita itu sendiri. Sehingga ketika para wanita menyadari fitrahnya, maka dia akan paham bahwasanya rasa malu pun itu menjadi hak baginya. Setiap wanita, terlebih seorang muslimah, berhak menyandang rasa malu sebagai mahkota kemuliaannya.
Sayangnya, hanya sedikit wanita yang menyadari hal ini…
Di zaman ini justeru banyak wanita yang memilih mendapatkan mahkota ‘kehormatan’ dari ajang kontes-kontes yang mengekspos kecantikan para wanita. Tidak hanya sebatas kecantikan wajah, tapi juga kecantikan tubuh diobral demi sebuah mahkota ‘kehormatan’ yang terbuat dari emas permata. Para wanita berlomba-lomba mengikuti audisi putri-putri kecantikan, dari tingkat lokal sampai tingkat internasional. Hanya demi sebuah mahkota dari emas permata dan gelar ‘Miss Universe’ atau sejenisnya, mereka rela menelanjangi dirinya sekaligus menanggalkan rasa malu sebagai sebaik-baik mahkota di dirinya. Naudzubillah min dzaliik…
Apakah mereka tidak menyadari, kelak di hari tuanya ketika kecantikan fisik sudah memudar, atau bahkan ketika jasad telah menyatu dengan tanah, apakah yang bisa dibanggakan dari kecantikan itu? Ketika telah berada di alam kubur dan bertemu dengan malaikat yang akan bertanya tentang amal ibadah kita selama di dunia dengan penuh rasa malu karena telah menanggalkan mahkota kemuliaan yang hakiki semasa di dunia.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا
Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: [1] Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan [2] para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim no. 2128) Di antara makna wanita yang berpakaian tetapi telanjang adalah wanita yang memakai pakaian tipis sehingga nampak bagian dalam tubuhnya. Wanita tersebut berpakaian, namun sebenarnya telanjang. (Lihat Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 17/191)
Dalam sebuah kisah, ‘Aisyah radhiyyallahu ‘anha pernah didatangi wanita-wanita dari Bani Tamim dengan pakaian tipis, kemudian beliau berkata,
إن كنتن مؤمنات فليس هذا بلباس المؤمنات وإن كنتن غير مؤمنات فتمتعينه
“Jika kalian wanita-wanita beriman, maka (ketahuilah) bahwa ini bukanlah pakaian wanita-wanita beriman, dan jika kalian bukan wanita beriman, maka silahkan nikmati pakaian itu.” (disebutkan dalam Ghoyatul Marom (198). Syaikh Al Albani mengatakan, “Aku belum meneliti ulang sanadnya”)
Betapa pun Allah ketika menetapkan hijab yang sempurna bagi kaum wanita, itu adalah sebuah penjagaan tersendiri dari Allah kepada kita—kaum wanita—terhadap mahkota yang ada pada diri kita. Namun kenapa ketika Allah sendiri telah memberikan perlindungan kepada kita, justeru kita sendiri yang berlepas diri dari penjagaan itu sehingga mahkota kemuliaan kita pun hilang di telan zaman?
فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Nikmat Rabb-mu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar Rahman: 13)
Wahai, muslimah…
Peliharalah rasa malu itu pada diri kita, sebagai sebaik-baik perhiasan kita sebagai wanita yang mulia dan dimuliakan. Sungguh, rasa malu itu lebih berharga jika kau bandingkan dengan mahkota yang terbuat dari emas permata, namun untuk mendapatkan (mahkota emas permata itu), kau harus menelanjangi dirimu di depan public.
Wahai saudariku muslimah…
Kembalilah ke jalan Rabb-mu dengan sepenuh kemuliaan, dengan rasa malu dikarenakan keimananmu pada Rabb-mu…
Jogja,  Penulis: Ummu Hasan ‘Abdillah
Muroja’ah: Ust. Muhammad Abduh Tuasikal
Referensi:
Yaa Binti; Ali Ath-Thanthawi
Al Hijab; I’dad Darul Qasim

Sumber : EraMuslim

Sunday, March 24, 2013

Jadilah Pemuda Muslim yang Tangguh!

ADALAH Az Zubai bin Awwan. Ia adalah sosok pemuda teman diskusi Rasulullah, anggota pasukan berkuda, tentara yang pemberani, pemimpin dakwah Islam di zamannya dalam usia 15 tahun.

Sementara Thalhah bin Ubaidillah, seorang pembesar utama barisan Islam di Makkah, singa podium yang handal, pelindung Nabi saat perang Uhud berkecamuk dengan tujuh puluh luka tusuk tombak, donator utama fii sabilillah, mendapat julukan dari Rasulullah: Thalhah si pemurah, Thalhah si Dermawan di usianya yang masih sangat muda.

Juga Sa’ad bin Abi Wawash, seorang ksatria berkuda Muslimin paling berani di saat usianya baru menginjak 17 tahun. Ia dikenal sebagai pemanah terbaik, sahabat utama yang pertama kali mengalirkan darahnya untuk Islam, lelaki yang disebut Rasulullah sebagai penduduk surga.

Zaid bin Tsabit, mendaftar jihad fii sabilillah sejak usia 13 tahun, pemuda jenius mahir baca-tulis. Hingga Rasulullah bersabda memberi perintah: “Wahai Zaid, tulislah….”. Ia mendapat tugas maha berat, menghimpun wahyu, di usia 21 tahun.

Juga Usamah bin Zaid,  namanya terkenal harum sejak usia 12 tahun, mukmin tangguh dan muslim yang kuat, Rasulullah menunjuknya sebagai panglima perang di usianya yang ke-20 dan memimpin armada perang menggempur negara adikuasa Romawi di perbatasan Syiria dengan kemenangan gemilang.

Subhanallah…, nukilan kisah di atas bukanlah dongeng atau cerita fiktif. Mereka adalah manusia biasa yang nyata seperti kita, yang telah mengukir prestasi gemilang di masa mudanya. Merekalah adalah pemuda Islam yang mampu mengharumkan agama Allah dalam keremajaannya.

Misi Kejayaan Islam

Tidak diragukan lagi bahwa para pemuda memiliki peran yang sangat penting dalam tatanan kehidupan manusia secara umum dan masyarakat kaum muslimin secara khusus. Jika mereka adalah para pemuda yang baik dan terdidik dengan adab-adab Islam maka merekalah yang akan menyebarkan dan mendakwahkan kebaikan Islam serta menjadi nakhoda ummat ini yang akan mengantarkan mereka kepada kebaikan dunia dan akhirat.

Allah -Subhanahu wa Ta'ala- telah memberikan kepada mereka kekuatan badan dan kecemerlangan pemikiran untuk dapat melaksanakan semua hal tersebut. Berbeda halnya dengan orang yang sudah tua umurnya walaupun para orang tua ini melampaui mereka dari sisi kedewasaan dan pengalaman, hanya saja faktor kelemahan jasad -kebanyakannya- membuat mereka tidak mampu untuk mengerjakan apa yang bisa dikerjakan oleh para pemuda.

Oleh karena itulah para sahabat yang masih muda memiliki andil dan peran yang sangat besar dalam menyebarkan agama ini baik dari sisi pengajaran maupun dari sisi berjihad di jalan Allah -Subhanahu wa Ta'ala-.
Di antara mereka ada Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Amr ibnul Ash, Muadz bin Jabal, dan Zaid bin Tsabit yang mereka ini telah mengambil dari Nabi -Shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wasallam- berbagai macam ilmu yang bermanfaat, menghafalkannya, dan menyampaikan-nya kepada ummat sebagai  warisan dari Nabi mereka. Di sisi lain ada Khalid ibnul Walid, Al-Mutsanna bin Haritsah, Asy-Syaibany dan selain mereka yang gigih dalam menyebarkan Islam lewat medan pertempuran jihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Seluruhnya mereka adalah satu ummat yang tegak melaksanakan beban kewajiban mereka kepada agama, ummat, dan masyarakat mereka, yang mana pengaruh atau hasil usaha mereka masih kekal sampai hari ini dan akan terus-menerus ada -dengan izin Allah- sepanjang Islam ini masih ada.

Para pemuda di zaman ini adalah para pewaris mereka (para pemuda dari kalangan shahabat) jika mereka mampu untuk memperbaiki diri-diri mereka, mengetahui hak dan kewajiban mereka, serta melaksanakan semua amanah yang diberikan kepada mereka yang berkaitan dengan ummat ini.

Dan bagi mereka kabar gembira dari Nabi mereka -Shallallahu alaihi wasallam- tatkala beliau bersabda dalam hadits yang shahih, “Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Nya,” lalu beliau menyebutkan di antaranya, “Seorang pemuda yang tumbuh dalam penyembahan kepada Rabbnya.”

Perhatian Islam Kepada Pemuda
Agama kita Islam yang mulia ini mempunyai perhatian yang sangat besar mengenai pertumbuhan dan perkembangan para pemuda, karena merekalah yang akan menjadi tokoh di masa yang akan datang, yang akan menggantikan dan mewarisi tugas-tugas mulia kepada ummat ini.

Berikut beberapa tuntunan Islam yang berkaitan dengan pemuda;
Pertama, Islam menuntunkan setiap lelaki untuk memilih istri yang sholihah yang akan lahir darinya anak-anak yang sholeh yang selanjutnya tumbuh menjadi para pemuda yang berakhlak islami.
Kedua, memberikan nama yang baik kepada anak, karena nama yang baik itu juga memiliki makna dan pengaruh yang baik pada akhlak sang anak, karena dia merupakan lambang dari doa atau harapan orang tua kepada Allah tentang anaknya.
Ketiga, melaksanakan nasikah/aqiqah untuk anak, karena hukumnya adalah sunnah mu`akkadah dan memiliki pengaruh yang baik kepada anak.
Ketiga perkara di atas adalah tuntunan Islam kepada para pemuda di awal pertumbuhannya.
Keempat, menaruh perhatian yang besar dalam mendidik anak ketika dia sudah memasuki usia mumayyiz dan sudah mempunyai daya tangkap (paham). Mengajarkan kepada anak-anak dan para pemuda semua perkara keagamaan dari yang paling besar sampai pada perkara yang paling kecil.
Kelima, Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan setiap anak ketika kedua orang tuanya atau salah satunya sudah berusia lanjut agar dia berbuat baik kepada keduanya atau kepada yang masih hidup di antara keduanya, dan agar sang anak mengingat pendidikan kedua orang tuanya kepadanya ketika dia masih kecil. Inilah yang merupakan kebaikan besar yang akan terus-menerus dikenang oleh sang anak ketika dia merasakan kebaikan dari kedua orang tuanya. Sehingga dia bisa berkata sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”

Wahai pemuda, sebenarnya rona kebangkitan Islam ada padamu. Maka;
1. Pelajari agama Islammu
2. Tegakkan tauhid, berantaslah syirik dan tinggalkan maksiat apaun bentuknya.
3. Tautkan hatimu dengan masjid.
4. Bersiaplah untuk berdakwah di jalan Allah.
5. Selektiflah dalam mengambil teman dekat, namun tidak kurang pergaulan.
6. Pekalah terhadap zamanmu, inderalah zaman di mana engkau berada saat ini.
7. Milikilah fisik dan jiwa yang sehat.
8. Aturlah waktumu sebaik mungkin.

Insya Allah, kalian akan menjadi agen perubahan Islam yang cemerlang. Aamiin.[Iltizam Amrullah, dirujuk dari ”Karakteristik Perihidup Enam Puluh Shahabat Rasulullah”].
sumber : Hidayatullah.com