Beliau berhijrah ke Damasyq (Damsyik) bersama orang tua dan
keluarganya ketika umurnya masih kecil, disebabkan serbuan tentara
Tartar atas negerinyaa. Mereka menempuh perjalanan hijrah pada malam
hari dengan menyeret sebuah gerobak besar yang dipenuhi dengan
kitab-kitab ilmu, bukan barang-barang perhiasan atau harta benda, tanpa
ada seekor binatang tunggangan-pun pada mereka.
Suatu saat gerobak mereka mengalami kerusakan di tengah jalan, hingga
hampir saja pasukan musuh memergokinya. Dalam keadaan seperti ini,
mereka ber-istighatsah (mengadukan permasalahan) kepada Allah Ta`ala.
Akhirnya mereka bersama kitab-kitabnya dapat selamat.
PERTUMBUHAN DAN GHIRAHNYA KEPADA ILMU
Semenjak kecil sudah nampak tanda-tanda kecerdasan pada diri beliau.
Begitu tiba di Damsyik beliau segera menghafalkan Al-Qur`an dan mencari
berbagai cabang ilmu pada para ulama, huffazh dan ahli-ahli hadits
negeri itu. Kecerdasan serta kekuatan otaknya membuat para tokoh ulama
tersebut tercengang.
Ketika umur beliau belum mencapai belasan tahun, beliau sudah
menguasai ilmu Ushuluddin dan sudah mengalami bidang-bidang tafsir,
hadits dan bahasa Arab.
Pada unsur-unsur itu, beliau telah mengkaji musnad Imam Ahmad sampai
beberapa kali, kemudian kitabu-Sittah dan Mu`jam At-Thabarani Al-Kabir.
Suatu kali, ketika beliau masih kanak-kanak pernah ada seorang ulama
besar dari Halab (suatu kota lain di Syria sekarang, pen.) yang sengaja
datang ke Damasyiq, khusus untuk melihat si bocah bernama Ibnu Taimiyah
yang kecerdasannya menjadi buah bibir. Setelah bertemu, ia memberikan
tes dengan cara menyampaikan belasan matan hadits sekaligus. Ternyata
Ibnu Taimiyah mampu menghafalkannya secara cepat dan tepat. Begitu pula
ketika disampaikan kepadanya beberapa sanad, beliaupun dengan tepat pula
mampu mengucapkan ulang dan menghafalnya. Hingga ulama tersebut
berkata: Jika anak ini hidup, niscaya ia kelak mempunyai kedudukan
besar, sebab belum pernah ada seorang bocah seperti dia.
Sejak kecil beliau hidup dan dibesarkan di tengah-tengah para ulama,
mempunyai kesempatan untuk mereguk sepuas-puasnya taman bacaan berupa
kitab-kitab yang bermanfaat. Beliau infakkan seluruh waktunya untuk
belajar dan belajar, menggali ilmu terutama kitabullah dan sunah
Rasul-Nya shallallahu`alaihi wa sallam.
Lebih dari semua itu, beliau adalah orang yang keras pendiriannya dan
teguh berpijak pada garis-garis yang telah ditentukan Allah, mengikuti
segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Beliau pernah
berkata: Jika dibenakku sedang berfikir suatu masalah, sedangkan hal itu
merupakan masalah yang muskil bagiku, maka aku akan beristighfar seribu
kali atau lebih atau kurang. Sampai dadaku menjadi lapang dan masalah
itu terpecahkan. Hal itu aku lakukan baik di pasar, di masjid atau di
madrasah. Semuanya tidak menghalangiku untuk berdzikir dan beristighfar
hingga terpenuhi cita-citaku.
Begitulah seterusnya Ibnu Taimiyah, selalu sungguh-sungguh dan tiada
putus-putusnya mencari ilmu, sekalipun beliau sudah menjadi tokoh
fuqaha` dan ilmu serta dinnya telah mencapai tataran tertinggi.
PUJIAN ULAMA
Al-Allamah As-Syaikh Al-Karamy Al-Hambali dalam Kitabnya Al-Kawakib
AD-Darary yang disusun kasus mengenai manaqib (pujian terhadap
jasa-jasa) Ibnu Taimiyah, berkata: Banyak sekali imam-imam Islam yang
memberikan pujian kepada (Ibnu Taimiyah) ini. Diantaranya: Al-Hafizh
Al-Mizzy, Ibnu Daqiq Al-Ied, Abu Hayyan An-Nahwy, Al-Hafizh Ibnu Sayyid
An-Nas, Al-Hafizh Az-Zamlakany, Al-Hafidh Adz-Dzahabi dan para imam
ulama lain.
Al-Hafizh Al-Mizzy mengatakan: Aku belum pernah melihat orang seperti
Ibnu Taimiyah.. dan belum pernah kulihat ada orang yang lebih berilmu
terhadap kitabullah dan sunnah Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam
serta lebih ittiba` dibandingkan beliau.
Al-Qadhi Abu Al-Fath bin Daqiq Al-Ied mengatakan: Setelah aku
berkumpul dengannya, kulihat beliau adalah seseorang yang semua ilmu ada
di depan matanya, kapan saja beliau menginginkannya, beliau tinggal
mengambilnya, terserah beliau. Dan aku pernah berkata kepadanya: Aku
tidak pernah menyangka akan tercipta manasia seperti anda.
Al-Qadli Ibnu Al-Hariry mengatakan: Kalau Ibnu Taimiyah bukah Syaikhul Islam, lalu siapa dia ini ?
Syaikh Ahli nahwu, Abu Hayyan An-Nahwi, setelah beliau berkumpul
dengan Ibnu Taimiyah berkata: Belum pernah sepasang mataku melihat orang
seperti dia ….. Kemudian melalui bait-bait syairnya, beliau banyak
memberikan pujian kepadanya.
Penguasaan Ibnu Taimiyah dalam beberapa ilmu sangat sempurna, yakni
dalam tafsir, aqidah, hadits, fiqh, bahasa arab dan berbagai cabang ilmu
pengetahuan Islam lainnya, hingga beliau melampaui kemampuan para ulama
zamannya. Al-`Allamah Kamaluddin bin Az-Zamlakany (wafat th. 727 H)
pernah berkata: Apakah ia ditanya tentang suatu bidang ilmu, maka siapa
pun yang mendengar atau melihat (jawabannya) akan menyangka bahwa dia
seolah-olah hanya membidangi ilmu itu, orang pun akan yakin bahwa tidak
ada seorangpun yang bisa menandinginya. Para Fuqaha dari berbagai
kalangan, jika duduk bersamanya pasti mereka akan mengambil pelajaran
bermanfaat bagi kelengkapan madzhab-madzhab mereka yang sebelumnya belum
pernah diketahui. Belum pernah terjadi, ia bisa dipatahkan hujahnya.
Beliau tidak pernah berkata tentang suatu cabang ilmu, baik ilmu syariat
atau ilmu lain, melainkan dari masing-masing ahli ilmu itu pasti
terhenyak. Beliau mempunyai goresan tinta indah, ungkapan-ungkapan,
susunan, pembagian kata dan penjelasannya sangat bagus dalam penyusunan
buku-buku.
Imam Adz-Dzahabi rahimahullah (wafat th. 748 H) juga berkata: Dia
adalah lambang kecerdasan dan kecepatan memahami, paling hebat
pemahamannya terhadap Al-Kitab was-Sunnah serta perbedaan pendapat, dan
lautan dalil naqli. Pada zamannya, beliau adalah satu-satunya baik dalam
hal ilmu, zuhud, keberanian, kemurahan, amar ma`ruf, nahi mungkar, dan
banyaknya buku-buku yang disusun dan amat menguasai hadits dan
No comments:
Post a Comment